Raditya Dika
|
|
Nama lahir
|
Raditya
Dika
|
Lahir
|
|
Pekerjaan
|
|
Tahun aktif
|
2005 –
sekarang
|
Situs resmi
|
Raditya Dika (Dika Angkasaputra Moerwani) (lahir
di Jakarta, 28 Desember1984; umur 27 tahun), akrab dipanggil Radith, adalah
seorang penulis asal Indonesia. Di Indonesia, Raditya Dika dikenal
sebagai penulis buku-buku jenaka. Tulisan-tulisan itu berasal dari blog pribadinya yang kemudian dibukukan. Buku pertamanya
berjudul Kambing
Jantan masuk
kategori best seller. Buku tersebut menampilkan kehidupan Dikung
(Raditya Dika) saat kuliah di Australia. Tulisan Radith bisa digolongkan
sebagai genre baru.[rujukan?] Kala ia merilis buku pertamanya
tersebut, memang belum banyak yang masuk ke dunia tulisan komedi. Apalagi bergaya diari pribadi (personal
essay).
Karya
Karya
pertama yang mengangkat namanya adalah buku berjudul Kambing Jantan: Sebuah
Catatan Harian Pelajar Bodoh (2005).[2] Buku ini menceritakan kehidupan
Radith ketika masih berkuliah di Adelaide, Australia.[rujukan?] Cerita yang dibawakan Radith adalah
kisah-kisahnya sebagai pelajar Indonesia yang berkuliah di luar negeri.[3] Buku ini ditampilkan dalam format diary
(buku harian).[rujukan?] Seluruh cerita dalam karyanya tersebut
berasal dari blog pribadi terdahulu milik Radith, www.kambingjantan.com, yang
sekarang menjadi www.radityadika.com.[1]
Buku
keduanya berjudul Cinta
Brontosaurus,
diterbitkan pada tahun 2006.[4] Hampir sama dengan buku sebelumnya,
cerita-cerita dalam buku ini berasal dari kisah keseharian Radith.[4] Namun, buku kedua ini menggunakan
format cerita pendek (cerpen) yang bercerita mengenai pengalaman cinta Radith yang sepertinya selalu tidak beruntung.[4] Isi dari buku ini meliputi kisah
dari sewaktu Radith mengirim surat cinta pertama ke teman saat SD, hingga
pengalaman Radith memerhatikan kucing Persia-nya yang jatuh cinta dengan kucing
kampung tetangganya.[4]
Buku
ketiganya yang berjudul Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa terbit pada tanggal 29 Agustus2007.[5] Buku ketiga ini mengisahkan Radith
yang pernah menjadi badut Monas dalam sehari, mengajar bimbingan belajar, lalu
saat Radith dikira hantu penunggu WC, sampai cerita mengenai kutukan orang NTB.[5] Sementara, buku keempatnya berjudul
Babi Ngesot: Datang Tak
Diundang Pulang Tak Berkutang terbit pada bulan April2008.[1]
Ia juga
bermain dalam film yang diangkat dari pengalaman hidupnya, Kambing Jantan: The Movie.[6] Pada pertengahan bulan November
2009, melalui situs resminya, Radith mengumumkan bahwa buku kelimanya yang
berjudul Marmut
Merah Jambu akan segera
terbit dengan jadwal edar sementara pada bulan Desember 2009.[1] Namun pada pertengahan bulan Desember silam, Radith kembali lewat situs
resminya menyatakan bahwa buku kelimanya tersebut masih mengalami sedikit
perubahan dan juga penambahan cerita pada beberapa bagian, sehingga kemungkinan
besar penerbitan buku tersebut akan mundur beberapa waktu.[1] Melalui situs resmi pribadinya pada
bulan oktober 2011 ini Raditya Dika juga mengumumkan bahwa bukunya yang
berjudul "Manusia Setengah
Salmon" akan segera
terbit tanggal 24 Desember 2011. Disitus itu Raditya Dika membuat countdown
pada blognya agar para penggemarnya ingat tanggal terbit buku "Manusia Setengah
Salmon".
Raditya Dika
dalam sebuah acara talkshow
Radith
mengawali keinginan untuk membukukan catatan hariannya di blog pribadinya saat ia memenangi Indonesian Blog Award.[7] Radith juga pernah meraih
Penghargaan bertajuk The Online Inspiring Award 2009 dari Indosat.[7] Dari pengalaman itu, ia mencetak
tulisan-tulisannya di blog kemudian ia menawarkannya ke beberapa penerbit untuk
dicetak sebagai buku. Awalnya banyak yang menolak, tapi kemudian ketika ia ke Gagasmedia, sebuah penerbit buku, naskah itu
diterima, meski harus presentasi dahulu.[1]
Radit sukses
menjadi penulis dengan keluar dari arus utama (mainstream).[rujukan?] Ia tampil dengan genre baru yang
segar.[1] Yang membuat ia berbeda dari
penulis lain adalah ide nama binatang yang selalu ia pakai dalam setap
bukunya. Dari buku pertama hingga terbaru, semua judulnya mengandung nama
binatang.[rujukan?] Bagi Radith, ini adalah selling
point-nya.[1]
Menurutnya,
sebagai penulis tetap harus memiliki inovasi.[rujukan?] Sebenarnya, pada bulan-bulan
pertama, buku pertamanya tidak terlalu laku.[rujukan?] Ini, menurut Radith, adalah risiko masuk dalam genre baru.[rujukan?] Radith kemudian gencar berpromosi
di blog yang ia kelola.[1] Selain itu ia juga gencar promosi
dari mulut ke mulut (word of mouth).[1] Radith meminta pembacanya untuk
berfoto dengan buku pertamanya itu kemudian dikirim ke Radith.[rujukan?] Jadilah ini sebuah strategi pemasaranyang bisa mengelola pembaca sebagai target pasarnya.[1] Menurut Radith, dalam menulis,
tidak serta-merta setelah buku terbit, urusan selesai.[rujukan?] Kemudian, pemasaran diserahkan
kepada penerbit.[1]
Sebaliknya, penulis seharusnya juga menjadi pemasar
bagi bukunya sendiri karena sebenarnya penulis juga seniman.[rujukan?] Penulis yang kreatif akan
menjadikan bukunya sebagai produk yang baginya harus bisa laku di pasaran.[rujukan?] Meskipun pada dasarnya buku adalah
bukan barang komersial, tetapi memandang buku sebagai sebuah produk berilmu
yang pelu dipasarkan adalah sebuah hal yang perlu dilakukan saat ini.[1]
Menjadi
penulis sukses bukan berarti tidak ada hambatan.[1] Menurut Radith, hambatan bukan
hanya dari industri buku, melainkan juga dari hal-hal yang sifatnya diagonal.[rujukan?] Artinya, lawan dari industri buku
bisa jadi bukan industri buku lain tapi industri lain yang sebenarnya tidak
berhubungan sama sekali seperti hiburan (entertainment), makanan, dan lain-lain.[1] Sebagai contoh, bila ada anak muda
memiliki uang 50.000 rupiah, belum tentu ia akan
membelanjakannya untuk buku.[rujukan?] Bisa jadi uang itu digunakan untuk menonton film di bioskop atau membeli makanan
cepat saji.[rujukan?] Dan yang jelas, buku bukan pilihan
utama.[1]
Bagi Radith
hal ini memang sudah lazim.[rujukan?] Yang perlu dilakukan adalah terus
berkreasi dan bertindak kreatif.[1] Baginya, kompetisi yang ada adalah kunci untuk
berinovasi.[rujukan?] Tekanan kompetitor bisa menjadi motivasi untuk terus
memberikan ide-ide baru dan menggali kemampuan.[1]
Radith kini
meneruskan studinya di program ekstensi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di
Universitas
Indonesia.[rujukan?] Selain itu, kini ia berkarier di
penerbit buku Bukune.[1] Radith bertindak sebagai direktur
juga sebagai direktur dan pemimpin redaksi.[1]
Novel
- 2005 - Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh
- 2006 - Cinta Brontosaurus
- 2007 - Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa
- 2008 - Babi Ngesot: Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang
- 2010 - Marmut Merah Jambu
- 2011 - Manusia Setengah Salmon
- 2008 - Komik Kambing Jantan
- 2011 - Komik Kambing Jantan
- Kambing Jantan: The Movie (2009)
- Maling Kutang (2009)
1. ^abcdefghijklmnopqrstuvw “Raditya Dika: “Binatang” adalah
Identitas Saya”. Majalah Innovation Indonesia, Edisi 002/ Agustus 2009
7. ^ab “Tiga Peraih Online Inspiring
Award”. http://teknologi.vivanews.com/news/read/122453-tiga_peraih_online_inspiring_award_2009. (diakses 6 April 2010)
0 komentar:
Posting Komentar