Kamis, 07 Juni 2012

Generasi Muda dan Eksistensi Pancasila

PANCASILA mestinya tak pernah lekang dari generasi ke generasi Indonesia. Sebab, dia telah dijadikan lambang negara, Garuda Pancasila. Kalau anak-anak bangsa didorong untuk mengenal lambang negara, Garuda Pancasila akan selalu melekat dalam ingatan, di mana pun mereka berada.
Selain mengingat, persoalan berikutnya adalah memahami. Tentu dimulai dengan menjelaskan pertanyaan mengenai lima gambar yang terpampang di dada burung Garuda. Itulah Pancasila. Berikutnya, pastilah pertanyaan tentang apa itu Pancasila? Ternyata, tak cukup dengan menyebut urut-urutan kelima sila berikut maknanya. Masih ada pertanyaan lain. Bagaimana mengimplementasikannya atau mengaktualisasikannya? Ini pun bukan yang terakhir Kita masih harus menunjuk lagi segala sesuatu yang boleh diklaim sebagai produk dari puluhan tahun bangsa ini mengimplementasikan kelima sila Pancasila
Sejak masih di sekolah dasar, generasi terdahulu sudah diperkenalkan pada Pancasila, termasuk makna dan wujud nyata implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila adalah dasar negara yang menjadi filosofi atau way ol life hidup kebangsaan kita. Kewajiban kita untuk menjaga eksistensinya agar Pancasila selalu menjadi pegangan anak-anak kita, kini dan di masa depan. Kita harus jelaskan bahwa produk Pancasila yang tetap terjaga hingga kini adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 Kendati terus dicoba oleh berbagai tantangan sebagai konsekunsi dari perkembangan zaman dan peradaban, daya Pancasila masih begitu kuat untuk selalu menghimpun ribuan pulau, ribuan suku, ribuan bahasa, dan agama-agama di dalam pangkuan Ibu Pertiwi Republik Indonesia. Anak bangsa memang berbeda-beda karena lahir di berbagai pulau dengan tradisi yang juga tidak sama. Tetapi semua anak bangsa diikat dalam Pancasila.
Juga oleh karena perkembangan zaman dan peradaban, Pancasila tak pernah bebas dari tantangan, baik tantangan dari luar maupun dari dalam. Kita bersyukur bahwa segenap elemen masyarakat selalu mewaspadai tantangan dari luar. Namun, kita jangan lengah oleh munculnya tantangan dari dalam. Beberapa survei menunjukkan bahwa generasi lahir setelah dasawarsa 1980-an kurang mengakrabi sila-sila Pancasila. Mereka diajari tentang Pancasila, tetapi mereka tidak melihat bahwa semua sila telah diimplementasikan dengan benar. Korupsi terus menjadi masalah. Keadilan, menurut mereka, bahkan sudah menjadi komoditas yang bisa diperdagangkan. Solidaritas sosial nyaris kehilangan wujudnya Segala sesuatu harus transaksional, dari bersekolah, mendapatkan perawatan kesehatan hingga perlindungan hukum. Semuanya dengan uang, dihitung menurut mekanisme untung-rugi. Negara seperti nyaris kehilangan peran.
Karena itu, relevan dan sangat beralasan jika Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mengambil inisiatif untuk menyosialisasikan lagi Pancasila kepada seluruh elemen masyarakat. Suka tak suka, kaum muda kita memang memerlukan penyegaran tentang hakikat Pancasila. Kita melihat langkah MPR cukup agresif. Belum lama ini, misalnya, MPR. menjalin kerja sama dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI) guna menyosialisasikan Pancasila dan pilar-pilar bangsa lainnya melalui 700 ribu masjid di Indonesia
Menurut kita, sektor pendidikan memainkan peran sangat penting untuk menjaga eksistensi Pancasila bagi generasi penerus Kita berharap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bisa memformat atau merumuskan kurikulum yang memuat program sosialisasi Pancasila. Diformat sedemikian menariknya, bahkan kalau perlu dengan cara-cara yang populer-agar generasi muda tertarik untuk memahami dan menghayati Pancasila. Pada saat bersamaan, para elite bangsa harus Pancasilais agar anak-anak kita memiliki panutan.









0 komentar:

Posting Komentar