PANCASILA mestinya tak pernah lekang
dari generasi ke generasi Indonesia. Sebab, dia telah dijadikan lambang negara,
Garuda Pancasila. Kalau anak-anak bangsa didorong untuk mengenal lambang
negara, Garuda Pancasila akan selalu melekat dalam ingatan, di mana pun mereka berada.
Selain mengingat, persoalan berikutnya adalah memahami.
Tentu dimulai dengan menjelaskan pertanyaan mengenai lima gambar yang
terpampang di dada burung Garuda. Itulah Pancasila. Berikutnya, pastilah
pertanyaan tentang apa itu Pancasila? Ternyata, tak cukup dengan menyebut
urut-urutan kelima sila berikut maknanya. Masih ada pertanyaan lain. Bagaimana
mengimplementasikannya atau mengaktualisasikannya? Ini pun bukan yang terakhir
Kita masih harus menunjuk lagi segala sesuatu yang boleh diklaim sebagai produk
dari puluhan tahun bangsa ini mengimplementasikan kelima sila Pancasila
Sejak masih di sekolah dasar, generasi terdahulu sudah
diperkenalkan pada Pancasila, termasuk makna dan wujud nyata implementasinya
dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila adalah dasar negara yang menjadi
filosofi atau way ol life hidup kebangsaan kita. Kewajiban kita untuk menjaga
eksistensinya agar Pancasila selalu menjadi pegangan anak-anak kita, kini dan
di masa depan. Kita harus jelaskan bahwa produk Pancasila yang tetap terjaga
hingga kini adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kendati terus dicoba oleh berbagai tantangan sebagai konsekunsi dari perkembangan zaman dan peradaban, daya Pancasila masih begitu kuat untuk selalu menghimpun ribuan pulau, ribuan suku, ribuan bahasa, dan agama-agama di dalam pangkuan Ibu Pertiwi Republik Indonesia. Anak bangsa memang berbeda-beda karena lahir di berbagai pulau dengan tradisi yang juga tidak sama. Tetapi semua anak bangsa diikat dalam Pancasila.
Kendati terus dicoba oleh berbagai tantangan sebagai konsekunsi dari perkembangan zaman dan peradaban, daya Pancasila masih begitu kuat untuk selalu menghimpun ribuan pulau, ribuan suku, ribuan bahasa, dan agama-agama di dalam pangkuan Ibu Pertiwi Republik Indonesia. Anak bangsa memang berbeda-beda karena lahir di berbagai pulau dengan tradisi yang juga tidak sama. Tetapi semua anak bangsa diikat dalam Pancasila.
Juga oleh karena perkembangan zaman dan peradaban, Pancasila
tak pernah bebas dari tantangan, baik tantangan dari luar maupun dari dalam.
Kita bersyukur bahwa segenap elemen masyarakat selalu mewaspadai tantangan dari
luar. Namun, kita jangan lengah oleh munculnya tantangan dari dalam. Beberapa
survei menunjukkan bahwa generasi lahir setelah dasawarsa 1980-an kurang
mengakrabi sila-sila Pancasila. Mereka diajari tentang Pancasila, tetapi mereka
tidak melihat bahwa semua sila telah diimplementasikan dengan benar. Korupsi
terus menjadi masalah. Keadilan, menurut mereka, bahkan sudah menjadi komoditas
yang bisa diperdagangkan. Solidaritas sosial nyaris kehilangan wujudnya Segala
sesuatu harus transaksional, dari bersekolah, mendapatkan perawatan kesehatan
hingga perlindungan hukum. Semuanya dengan uang, dihitung menurut mekanisme
untung-rugi. Negara seperti nyaris kehilangan peran.
Karena itu, relevan dan sangat beralasan jika Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) mengambil inisiatif untuk menyosialisasikan lagi
Pancasila kepada seluruh elemen masyarakat. Suka tak suka, kaum muda kita
memang memerlukan penyegaran tentang hakikat Pancasila. Kita melihat langkah
MPR cukup agresif. Belum lama ini, misalnya, MPR. menjalin kerja sama dengan
Dewan Masjid Indonesia (DMI) guna menyosialisasikan Pancasila dan pilar-pilar
bangsa lainnya melalui 700 ribu masjid di Indonesia
Menurut kita, sektor pendidikan memainkan peran sangat
penting untuk menjaga eksistensi Pancasila bagi generasi penerus Kita berharap
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bisa memformat atau merumuskan kurikulum
yang memuat program sosialisasi Pancasila. Diformat sedemikian menariknya,
bahkan kalau perlu dengan cara-cara yang populer-agar generasi muda tertarik
untuk memahami dan menghayati Pancasila. Pada saat bersamaan, para elite bangsa
harus Pancasilais agar anak-anak kita memiliki panutan.
0 komentar:
Posting Komentar